Bakul Tempe Juga Bisa Demo

Posted: September 11, 2013 in Artikelku

Hari ini jangan coba-coba berbelanja tempe di pasar Tmenggungan,pasalnya anda bakal tidak menemukan bakul tempe yang berjualan di pasar Tumenggungan. Hari ini (11/9) mereka mogok jualan. Menurut mereka harga kedelai yang melambung tinggi membuat biaya produksi tempe naik drastis. Sementara pembeli tidak mau tahu kenaikan harga ini. Mbok Darmi salah seorang penjual tempe mengaku berat jika harus berjualan tempe di kala harga kedelai naik. Oleh karenanya ia memilih tidak jualan.

IMG_7333(1)

Tanggal 26 Mei 2013 merupakan pesta demokrasi yang akan segera dilangsungkan di Jawa Tengah. Layaknya sebuah pesta, gebyar biasanya ditunggu oleh masyarakat. Tetapi kali ini gebyar itu tampaknya tidak begitu grengseng. Justeru yang nampak grengseng adalah Pilkades di desa-desa di Kebumen. Pilkades baru akan dilaksanakan Bulan Juni, tetapi sejak sekarang para calon kades sudah melakukan Open House. Siapa saja boleh masuk rumah dan makan, minum, ngrokok sepuasnya.

Bahasa “Romantis” Rokok mangan gratis, nampaknya cocok untuk mengatakan realitas ini, setiap malang warga berkumpul di rumah-rumah calon kades yang didukung untuk ngendong.

Tahun ini komitmen untuk mengembangkan variasi pembelajaran berbasis IT  di STAINU Kebumen direalisasikan dengan penggunaan e-learning berbasis web. Untuk dapat menggunakan e-learning STAINU Kebumen mahasiswa dan dosen wajib memiliki acoount di web elearning tersebut

Saat gelisah, saat galau, sat resah, hati kita mencari jawaban. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar di kepala. Lalu muncullah solusi, dengan berbagai kemungkinan yang menyisakan harapan. Saat gembira ketika menerima hadiah, pujian, maupun kebanggaan tersimpan dalam lubuk paling dalam harapan. Harapan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Lebih baik, lebih banyak, lebih cantik, lebih gagah, lebih sempurna. Kecelakaan adalah bukan orang yang tidak punya duit, jabatan dan pacar, tetpi kecelakaan adalah bagi orang yang tidak punya harapan.

Sembilan puluh sembilan 99 persen orang bunuh diri terjadi karena tidak punya harapan. Harapan perbaikan, harapan memiliki dan harapan lainnya. Orang yang tidak punya harapan ibarat orang mati. Hidup adalah harapan. Waktu adalah penantian atas pemenuhan harapan. Cinta adalah pesona harapan.(Brs)

Guru, kini bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa, karena gaji dan sertifikasi yang mahal membuat iri banyak pegawai lain. Kini halaman sekolah penuh mobil, dibawa oleh guru-guru bersertifikat. Rumah guru tidak ada lagi yang berdinding ‘gedhek’. Tidak ada lagi guru bersertifikasi yang ‘nyambi’ ngojek di luar jam sekolah. Ya semua karena sertifikasi. Nampaknya sertifikasi belum diimbangi dengan kesadaran untuk selalu memperbaiki diri. Guru seharusnya memiliki perangkap pembelajaran yang lengkap seperti laptop, lcd dan media-media lainnya, serta memiliki koleksi buku yang melimpah karena uang sertifikasi memang diperuntukkan ke sana. Bukan untuk membeli peralatan yang berbau hedonis, (baca: bermewah-mewahan).Ternyata kehidupan itu tidak hanya dianut oleh para guru, nyaris semua manusia Indonesia jika mempunyai kesempatan akan mengikuti pola hidup seperti ini.

Ini memang sudah menjadi karakter bangsa. Bangsa ini telah dijangkiti semacam penyakit “Asal tampak” mewah, glamour, bergaya, dan gengsi. Karakter ini dibangun bukan baru-baru saja, tetapi sudah dilestarikan sejak jaman nenek moyang. Tradisi hedonis dimiliki oleh bangsa yang sejahtera, secara alamiah, jarang dmiliki oleh bangsa yang sumber daya alamnya miskin. Indonesia alamnya telah menyediakan kebutuhan hidup manusia. Nyaris seluruh kebutuhan hidupnya telah dipenuhi alam. Konon kalau bayi Barat/ Negara non tropis diletakkan di Indonesia meskipun tanpa perawatan, akan tetap  hidup. Oleh karena seluruh kebutuhan hidupnya dipenuhi, maka manusia Indonesia mencari dan mengarahkan kebutuhan hidupnya ke arah-kehidupan hedonistik.

 

Sintaksis Bahasa Indonesia

Posted: Desember 4, 2011 in Artikelku
Tag:

ILMU BAHASA INDONESIA : SINTAKSIS
Posted on: March 29, 2009 by: susilo.adi.setyawan

Diresume oleh: Susilo Adi Setyawan

BAB I

SINTAKSIS

Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana. Untuk menjelaskan uraian itu, diambil contoh kalimat: Seorang pelajar sedang belajar di perpustakaan.

Kalimat di atas terdiri dari satu klausa yang terdiri dari S, ialah seorang pelajar, P, ialah sedang belajar, dan KET, ialah di perpustakaan. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur itu dalam suatu satuan baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi. Misalnya pada kalimat{1}di atas terdapat frase sedang belajar,yang terdiri dari dua unsur, ialah kata sedang dan kata belajar. Berdarsarkan hubungan maknawi antar unsur-unsurnya, frase seorang pelajar yang menduduki fungsi S menyatakan makna pelaku, frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna perbuatan dan frase di perpustakaan yang menduduki fungsi KET menyatakan makna tempat. Jadi klausa di atas terdiri dari unsur-unsur maknawi pelaku diikuti perbuatan diikuti tempat.

BAB II

KALIMAT

PENENTUAN KALIMAT

Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik.Satuan fonologik meliputi fonem dan suku. Sedangkan fonologik meliputi fonem dan suku, sedangkan satuan gramatika meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem. Contoh kalimat dari satu kata misalnya: kemarin, kalimat yang terdiri dari dua kata, misalnya itu toko yang terdiri dari tiga kata, misalnya ia sedang belajar.

KALIMAT BERKLAUSA DAN KALIMAT TAK BERKLAUSA

Kalimat yang berklausa adalah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa klausa. Klausa terdiri atas subjek dan predikat. Klausa dapat pula disertai adanya objek, keterangan dan pelengkap.

Contoh:

Lembaga itu menerbitkan majalah sastra. ( 1 klausa )

Perasaan itu muncul sesaatsetelah kamu pergi. ( 2 klausa )

Kalimat tak berklausa adalah kalimat yang tidak terdiri dari klausa.

Contoh:

Selamat pagi !

Pergi !

Judul suatu karangan juga merupakan sebuah kalimat karena selalu diakhiri dengan jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun atau yang disebut intonasi.

Contoh: Seratus Tokoh Islam Akan Menerima Penjelasan. ( berwujud kalimat)

Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, kalimat judul itu termasuk golongan kalimat tak berklausa.

Contoh : Seorang Pertapa dari Gunung Wilis ( berwujud satuan frase )

Kalimat Berita, Kalimat Tanya dan Kalimat Suruh

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat digolongkan menjadi:

1. Kalimat Berita

Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehiunggan tanggapan yang berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian yang berupa anggukan atau ucapan ya.

Kalimat berita mempunyaipola intonasi berita.dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya, kata ajakan serta kata larangan.

2. Kalimat Tanya

kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dari kalimat berita. Pola intonasi kalimat berita bertnada akhir turun, sedanhkan pola intinasi kalimat tanya bernada akhir naik. Di samping itu, nada sukuj aterakahir yang lebih tinggi sedikit dibandungkan dengan nada suku terakhir pola intonasi kalimat berita.

1. Apa

Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan benda, tumbuhan, hewan dan identitas.

Contoh : – Petani itu membawa apa?

– Kamu membaca buku apa?

b. Siapa

Kata tanya siapa digunakan untuk meenanyakan Tuhan, Malaikat dan manusia.

Contoh: – Anda mencari siapa?

– Ini sepeda siapa?

c. Mengapa

Kata tanya mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan dan sebab.

Contoh: – Anak itu sedang mengapa?

– Mengapa anak itu menangis?

d. Kenapa

kata tanya kenapa digunakan untuk menanyakan sebab.

Contoh: Kenapa anak itu menangis?

e. Bagaimana

Kata tanya bagaimana menanyakan keadaan dan cara.

Contoh: – Bagaimana nasibnya sekarang?

– Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?

f. Mana

Kata tanya mana menanyakan tempat, sesuatu dari suatu kumpulan dan sesuatu yang dijanjikan sebelumnya.

Contoh: – Kamu orang mana?

Indonesia Kalah Lagi!

Posted: Desember 1, 2011 in Artikelku
Tag:

Sepakbola di Indonesia tampaknya harus dievaluasi total. Pelatihnya, pemainnya sistem penjaringannya dan manajemen. Pasalnya berkali-kali masyarakat Indonesia harapannya kandas saat menyaksikan jagonya bermain dengan menyandang gelar “Kalah”. Tampaknya mental juara belum pantas dimiliki.(Brs)

Morfologi Bahasa Indonesia

Posted: Oktober 24, 2011 in Artikelku

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

 

 

A. Kata Berimbuhan/Berafiks

  1. 1.      Penggunaan afiks/imbuhan ter

            Pada dasarya ter-memiliki dua fungsi, yakni:

  1. Membentuk verba (kata kerja) pasif, misalnya:

Terduduk

Terbatas

Terangkat

Adapun nosinya dapat digolongkan menjadi:

1)      Menyatakan “sudah di, sudah dalam keadaan di”, misalnya:

Terbuka

Terduduk

Terkunci

2)      Menyatakan “dapat di”, misalnya:

Terangkat

Terbaca

Terlihat

Adakalanya afiks ter- berfungsi membentuk verba aktif, misalnya pada kata tersenyum

  1. Membentuk kata adjektiva/sifat. Kata sifat ini dapat diuji dengan perluasan kata yang menyatakan tingkat perbandingan, misalnya agak, sangat, paling.

Adapun nosinya sebagai berikut:

1)      sudah dalam keadaan”, misalnya:

Terbatas

2)      Jika ter- melekat pada kata dasar kata sifat atau kata benda, ter- menyatakan “paling”, misalnya:

Terkecil

Teratas

Terdepan

Terbelakang

Kata-kata berikut tidak terbentuk dari afiks ter-, yakni:

Terjal

Terka

Ternak

Kembangkan pemakaian afiks ter- dengan mencari contoh kata berafiks ter- dan menggunakannya dalam kalimat yang berbeda-beda!

  1. 2.      Penggunaan afiks ber-, ber-kan, dan ber-an
    1. Afiks ber

Afiks ber- berfungsi membentuk kata kerja aktif intransitif, dengan nosi:

1)      Jika kata dasarya berupa verba kata kerja, afiks ber- menyatakan “melakukan pekerjaan”, misalnya:

Berdandan

Berolahraga

Berdagang

2)      Menyatakan makna “mengandung, ada”, misalnya:

Berair

Beracun

Berbisa

3)      “Memancarkan”, misalnya:

Bersinar

Bercahaya

4)      “Memanjatkan”, misalnya:

Berdoa

5)      “Mengucapkan, mengikrarkan, mengeluarkan, menyampaikan”, misalnya:

Betjanji

Bersumpah

Berpesan

6)      “Menjadi”, misalnya:

Bertamu

Berjaya

7)      “Menunjukkan”, misalnya:

Berbakti

8)      “Naik, mengendarai”, misalnya:

Berkuda

Berkereta API

Bersepeda

9)      ” Menggunakan, memakai”, misalnya:

Berkaca mata

Bersepatu

10)  “Menghabiskan, menggunakan”, misalnya:

Bermalam

Berlibur

11)  “Pergi ke, minta tolong ke”, misalnya:

Berguru

Berdukun

12)  “Menganggap sebagai, menjadikan sebagai”, misalnya:

Berteman

13)  “Melahirkan mengeluarkan:, misalnya,

Kambing sedang beranak

Ayam bertelur

14)  “Memanggil sebagai”, misalnya:

Berengkau

Beribu

Beranda

15)  “Timbul, tumbuh”, misalnya:

Berbunga

Berbuah

Bertunas

16)  Menggunakan, ada”, misalnya:

Kereta berkuda

17)  “Terkumpul menjadi”, misalnya:

Bersatu

18)  “Terkumpun dalam jumlah”, misa1nya:

Berlima

Berdua

19)  “Kena, menderita”, misalnya:

Malam berembun

Siang berpanas matahari

20)  Menyatakan “milik, memiliki, mempunyai”, misa1nya:

Berharga

Berharapan

Berpotensi

21)  Nosi ber- tidak jells, separate pada kata-kata

Bertamu

Berlalu

Bersusah

Bersakit

Berbeda

Bersenang

Berikut bukan kata bentukan dengan afiks ber-:

Berapa

Berani

Beruang kutub

  1. Afiks ber-kan

Kita perhatikan kata berdasarkan, beranggotakan, bermandikan. Kata bentukan tersebut dari dasar, anggota, mandi menjadi berdasarkan, beranggotakan, bermandi, kemudian menjadi berdasarkan, beranggotakan, dan bermandikan. Dengan demikian, nosinya, misalnya kita ambil kata yang pertama, yakni berdasarkan terbentuk dari berdasar “menggunakan dasar” menjadi berdasarkan “berdasar pada”.

  1. Afikasi ber-an

Berbeda dengan afiks ber-kan, ber-an adalah satu afiks yang menjadi secara simultan / serempak yang disebut konfiks. Adapun bentuknya ada ber-an yang tergolong

Konfiksadapulaber-anyangterjadisecarahierarkiperhatikanduaderetbentukberikut.

Ber-an bukan konfiks

Berhadapan

Berkenalan

Bergandengan

Ber-an sebagai konfiks

Berpengalaman

Berpakaian

Berurusan

Afiks ber-an sebagai konfiks nosinya menyatakan makna “resiproka1/saling” Jika kata bergandengan dianalisis ber+gandengan, pada kata tersebut tidak ada afiks ber-an. Dengan demikian, nosi afikasinya tidak menyatakan “saling”:, melainkan ber- “memiliki”, dan -an pada gandengan “yang di”.

  1. 3.      Penggunaan afiks pe-, pe-an, per-, dan per-an
    1. Afiks per

Afiks pe- ada yang bernasal dan ada yang tidak bernasal. Perhatikan kata-kata yang berpasangan berikut!

Afiks pe- bernasal

Penembak

Penyruh

Pendapat

Penatar

Afiks pe-tak bernasal

Petembak

Pesuruh

Pedagang

Petatar

Petani

Peternak

Jika kita perhatikan keduanya memiliki fungsi yang sama, yakni terbentuk kata benda/nomina. Selanjutnya Anda dapat mendeskripsikan nosi yang terdapat pada dua afiks tersebut!

  1. Afiks per

Kita perhatikan pemakaian kata: perkecil, pertajam, pertebal, perlima, persatu. Dari contoh tersebut kita dapat mengenali fungsi} afiks per- adalah membentuk kata kerja. Dengan nosi:

1)      “Membuat jadi lebih”, misalnya”

Perkecil

Persempit

Perdalam

2)      “Bagi menjadi”, misalnya:

Perseratus

Perlima

3)      “tiap-tiap”, misalnya

Masuk satu persatu

Adakalanya per- membentuk nomina/kata benda misalnya:

(Ber) tapa menjadi pertapa “orang yang bertapa”

Jika afiks per- tidak mampu mengubah kelas kata, nosinya pun sulit diterangkan atau tidak jelas, misalnya:

Tanda (nomina) menjadi pertanda (nomina)

Lambang) nomina) menjadi perlambang (nomina)

Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks per- :

Pertama

Permaisuri

Percuma

  1. Afiks pe-an

Afiks pe-an ada yang bernasal dan ada yang tidak bernasal. Kita bandingkan kata-kata bentukan berikut!

Pe-an bemasal                         Pe-an tak bernasal

Pendidikan                              Peternakan

Pedaringan                              Pembuatan

Penjualan                                 Perakitan

Penyaringan                            Pesanggrahan

Dari contoh tersebut, kita kenali fungsinya adalah sama, yakni sebagai pembentuk kata benda abstrak. Adapun nosinya pada dasarnya dapat digolongkan “hal, hasil, cara, dan tempat”

  1. Afiks per-an

Jika afiks per- berfungsi membentuk kata kerja, dan ada sebagai pembentuk kata benda, afiks per-an termasuk konfiks yang berfungsi sebagai pembentuk nomina kata benda.

Misalnya:

Perpajakan                                           Perpanjangan

Perbudakan                                         Perkebunan

Perubahan                                           Pertemuan

Peraturan                                             Percobaan

Adapun nosinya pada dasarya menyatakan “hal, hasil”

Kembangkan dengan mencari kata-kata berafiks per-an, dan menggunakannya dalam kalimat!

  1. 4.      Penggunaan afiks ke-an, ke-an
    1. Afiks ke-

Dalam Bahasa Indonesia, afiks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat, kata bilangan jumlah~ dan kata benda.

1)      Pembentuk kata bilangan tingkat, nosinya menyatakan “urutan”, misalnya:

Anak kelima

Pelajaran kedua

2)      Pembentuk kata bilangan jumlah nosinya menyatakan “kumpulan jumlah”, misalnya:    Kedua anak itu

Kesemuanya

3)      Pembentuk kata benda, nosinya menyatakan “yang di, yang dianggap”, misalnya:         Ketua

Kekasih

Kehendak

Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks ke-dalam bahasaIndonesia:

Ketemu

Kelanggar

  1. Afiks-an

Dalam Bahasa Indonesia, afiks -an berfungsi sebagai pembentuk kata benda/ nomina. Dalam tataran sintaksis, kata bentukan dengan afiks -an ini dapat mengikuti verba tran-sitif Adapun nosinya meliputi: “hal/abstraksi, basil, cara, alat, objektif, tempat, yang memiliki sifat, orang/pelaku” seperti pada kata:

Didikan                                               Praktikan

Sasaran                                                Simpatisan

Latihan                                                Lautan

Manisan                                               Lukisan

Kata bentukan dengan afiks -an berikut salah dalam bahasaIndonesia:

Rajin latihan (verba)

Sekolahan (nomina)

Kuburan (nomina)

  1. Afiks ke-an

Afiks ke-an termasuk konfiks. Fungsinya adalah sebagai pembentuk kata benda abstrak, dan kadang-kadang sebagai pembentuk kata kerja pasif Sebagai pembentuk kata benda abstrak, ke-an bernosi menyatakan “hal/abstrak dari”, misalnya:

Keadilan

Kebolehan

Kekuasaan

Keajekan

Sebagai pembentuk kata kerja pasif, ke-an menyatakan nosi “ken, menderita”, misalnya:

  1. 5.      Penggunaan afiks -man, -wan, dan -wali

Ketiga afiks ini berasal dari bahasa sansekerta. Fungsinya membentuk kata benda, dan nosinya menyatakan “orang yang memiliki sifat”. Pemakaian -man dan -wan menyatakan jenis kelamin “laki-laki” dan -wati menyatakan jenis kelamin “perempuan”

Contoh pemakaiannya:

Sinaman                      Jutawan                                   Seni wati

Budiman                     Santriwan                                Santriwati

Olahragawan                           Olahragawati

Bendaharawan                                    Bendaharawati

  1. 6.      Penggunaan afiks -I , -wi, -ah, -iah

Afiks-afiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata sifat, nosinya menyatakan “yang memiliki sifat, bersifat”. Pemakaiannya seperti:

Alam   + i        menjadi           alami

Alam   + iab    menjadi           alamiah

Ala      + iah    menjadi           aliah

Ilmu     + iab    menjadi           ilmiah

Dumia + wi     menjadi           duniawi

Jasmani+ iah    menjadi           jasmani

Islam + i          menjadi           islami

  1. 7.      Penggunaan afiks -is, -isme, -isasi/Sasi
    1. Afiks -is berfungsi pembentuk adjektiva/kata sifat, nosinya menyatakan”bersifat”, misalnya:

Pancasilais

Psikhologis

Nasionahs

  1. Afiks -isme berfungsi sebagai pembentuk kata benda, nosinya menyatakan “aliran, faham”, misalnya:

Nasionalisme

Komunisme

Liberalisme

  1. Afiks –isasi/Sasi berfungsi sebagai pembentuk kata benda, nosinya menyatakan “proses” misalnya

lelenisasi

Urbanisasi

Neomsasl

Afiks -isasi juga benosi “kumpulan, kesatuan dari'” misalnya pada organisasi.

  1. 8.      Partikel -lah, -kah, dan pun

Partikel tergolong ke dalam kata tugas. Fungsinya mempertegas kata yang dilekati.

  1. Partikel -lah

Partikel -lah dapat melekat kata benda, pada kalibat pemyataanlberita. Partike1 -lah digunakan pada kalimat inversi, yakni predikat mendahuIui subjek. Misalnya:

Dialah yang dicari

            Akulah orangnya.

Partikel -lah juga digunakan untuk menyatakan imperatif (perintah), misalnya pada kalimat:

Masuklah!

            Bacalah secara teliti.

  1. Partikel -kah

Partikel -kah digunakan melekat pada kata kerja , kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan. Fungsinya membentuk kata tanya dalam kalimat pertanyaan. Struktur kalimat pada dasarya berstruktur inversi, misalnya:

Siapakah mereka?

Sudah membacakah Anda?

Di manakah Anda Tinggal?

Kapankah Hanoman lahir?

  1. Partikel pun

Partikel pun melekat pada kata benda atau yang dibendakan (substantiva), misalnya pada kalimat:

Mereka tidak tahu, aku pun demikian.

Jangankan membaca, menyimak pun belum terampil.

Di samping itu, pun bersama kata yang lain berfungsi sebagai pembentuk kata tugas yang lain, khususnya konjungsi dan penulisannya pun dirangkaikan dengan kata yang dilekati, misalnya pada:

Meskipun

Walaupun

Biarpun

Sungguhpun

  1. B.     Kata Ulang

Kata ulang ada1ab kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk: membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah bahwa kata ulang sebagai ciri utamanya adalab pasti memiliki kata dasar.

Kita bedakan bentuk yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri berikut:

Kata ulang      

Duduk-duduk

Membaea-baca

Tarik-menarik

Bolak-balik

Orang-orangan

Simpang-siur

Kemerab-mera han

Bukan kata ulang

Compang-camping

Anai-anai

Pura-pura

Hati-hati

Mata-mata

Mondar-mandir

Alih-ali

Pada kata ulang terdapat kata dasar: duduk, membaca, menarik, balik, orang, simpang, merah. Sebaliknya, pada deretan sebelah kiri bentuk: compang/camping, anai, pura, hati, mata, mondar, alih tidak dapat berfungsi sebagai kata dasar.

  1. 1.      Macam kata ulang dapat dibedakan menjadi:
    1. Kata ulang utuh

Kata ulang utuh adalah kata ulang yang antara kata dasar dan bentuk peru1angannya adalab sama, miasma:

Orang-orang

Perumaban-perumaban

Duduk-duduk

  1. Kata ulang sebagian

Kata ulang sebagian adalah kata ulang yang bentuk peru1angannya hanya sebagian dari kata dasar, termasuk hanya sebagian bunyi vokal atau konsonan saja, misalnya:

Berjalan-jalan

Bolak-balik

Sayur-mayur

  1. Kata ulang berkombinasi/bersimultan dengan afiks, misalnya:

Anak-anakan

Gunung-gunungan

  1. 2.      Nosi kata ulang

Nosi kata ulang dapat menyatakan makna:

  1. “Jamak, bermacam-macam”, misalnya:

Orang-orang

Buah-buahan

Sayur-mayur

  1. Pekerjaan dilakukan berulang”, misalnya:

Bolak-balik

Simpang-siur

  1. “Tiruan”, misalnya:

Anak-anakan

Gunung-gunungan

  1. “agak”, misalnya

Kemerah-merahan

  1. “walaupun”, misalnya:

Pahit-pahit diminumnya obat itu.

Panas-panas mereka datang juga.

  1. “walaupun”, misalnya

Pahit-pahit diminumnya obat itu

Panas-panas mereka dating juga

Gunakan kata-kata berikut dalam kalimat, kemudian jelaskan makna perulangannya!

Sama-sama

Mudah-mudahan

rata-rata

Besar –besar

  1. C.    Kata Majemuk

Walaupun pada materi Bahasa Indonesia untuk SLTP atau MTS kata majemuk tidak ada, namun kata majemuk tersebut perlu kita pahami.

Kata majemuk adalah kata yang telah mengalami proses permajemukan. Kata majemuk adalah kata yang unsurnya berupa morfem bebas (bukan kata). Jika kata majemuk diartikan kata yang unsurnya berupa kata, hasil konstruksinya tidak dapat disebut kata, melainkan frase/kelompok kata.

Secara lahiriah kata majemuk sama dengan frase/kelompok kata. Untuk itu, kita hams dapat mengenali kata majemuk tersebut dari segi: hubungan, konstruksi, dan nosi. Misalnya kita ambil orang tua sebagai kata majemuk dan sebagai frase.

Ciri hubungan:            Jika di antara kata orang dan tua dapat disela kata lain, misalnya yang, konstruksi orang tua bukan kata majemuk melainkan frase.

Ciri konstruksi:            Jika orang tua dapat di Kembangkan dengan kata renta, kata renta hanya berkonstruksi dengan tua, tidak dengan orang. Dengan demikian

Konstruksi

Orang tua dalam hal ini adalah frase. Jika diperluas dengan afiks ber menjadi berorang tua, afiks ber-adalah milik konstruksi orang tua,

Bukan

Hanya milik orang saja sehingga tidak ada konstruksi berorang. Dengan ciri ini, orang tua pada berorang tua adalah kata majemuk

Ciri nosi                       Jika makna orang tua mengacu pada orang yang sudah berusia lanjut”   konstruksi orang tua adalah frase. Jika maknanya tidak terikat pada Usia, tetapi pada “orang yang sudah pernah melahirkan atau sudah menjadi  bapak atau ibu”, konstruksi orang tua adalah kata majemuk

  1. D.    Kelas Kata

Kelas kata disebut juga kategori kata. Dalam tata bahasa Tradisional digunakan istilah jenis kata. Hasil klasifikasi/penggolongan kata berdasarkan kelas kata mencakup: nomina Kata benda, verba Kata kerja, adjektiva kata sifat, numeraliaJkata bilangan, adverbia/kata keterangan, kata tugas.

  1. 1.      Kata benda/nomina

Kata benda dapat dibedakan atas kata benda konkret dan kata benda abstrak. Kata benda konkret adalah kata benda yang dapat diindra (diraba, dilihat, dirasakan, di dengan, dibau):

Kata benda konkret yang berupa kata asal, misalnya: meja, udara, rumah

Kata benda konkret yang merupakan bentukan, misalnya: mainan, penulis, penjahit

Kata benda abstrak adalah kata benda yang tidak dapat diindra, misalnya kata benda bentukan dari afiks pe-an, per-an, ke-an seperti: pembuatan, perbaikan, keadilan.

  1. 2.      Kata kerja

Kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan/perbuatan, baik aktif, maupun pasif. Kata kerja aktif dibedakan atas transitif dan intransitif

  1. Kata kerja aktif transitif,

1)      Kata kerja dasar: makan, minum

2)      Berafiks me-: membaca, menulis

3)      Berafiks me-kan/i: membacakan, mendampingi

4)      Berafiks memper-: mempercantik, memperjelas

5)      Berafiks memper-kan/i: memperkerjakan, mempercayai

6)      Berafiks member-kan: memberlakukan, memberhentikan

  1. Kata kerja aktif intransitif, meliputi

1)      Berafiks me-: menyanyi

2)      Berafiks ber-: bersembunyi, bercerita

3)      Berafiks ber-kan: berdasarkan, bertuliskan

4)      Berafiks ter-: tersenyum

  1. Kata kerja pasif

1)      Kata kerja fasif di-: dibaca, diberlakukan, dibatalkan

2)      Kata kerja pasif ter-: terbaca, terpelihara

3)      Kata kerja pasif ke-an: kehujanan, ketakutan, kepanasan

  1. 3.      Kata sifat / akjektiv

Kata sifat dapat dinegatitkan dengan kata tidak. Selanjutnya dapat diperluas dengan kata yang menyatakan tingkat perbandingan. Dalam struktur sintaksis, kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Kembangkan contoh!

  1. 4.      Kata keterangan

Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kata kerja atau kata sifat, misalnya

Rahin belajar

Masih muda

Belum beristri

Perlu di contoh

Sangat pandai

  1. 5.      Kata bilangan

Kata bilangan adalah kata yang menyatakan ” jumlah”. Kata bilangan dibedakan atas kata bilangan tentu dan tak tentu.

  1. Kata bilangan tentu: satu, seribu, setengah, seperempat
  2. Kata bilangan tak tentu: sedikit, banyak, beberapa
  3. 6.      Kata tugas

Kata tugas adalah kata yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kata benda, kerja, sifat, bilangan, atau keterangan. Kata tudas kata yang hanya berfungsi, yang pada dasarnya tidak bernosi.

Kata tugas dapat dibedakan atas:

  1. Preposisi/kata depan, yakni kata yang dapat berkonstruksi dengan kata atau frase benda.

Termasuk kata depan Preposisi adalah: di, ke, dari, pada, untuk, oleh, dsb.

  1. Konjungsi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan klausa dalam kalimat yang termasuk konjungsi: karena, ketika, apa bila, walaupun, dan, tetapi, namun, dsb.
  2. Kopula, yakni kata yang berfungsi menghubungkan subjek dan predikat. Termasuk kopula: adalah, merupakan, menjadi, yaitu, yakni.
  3. Artikel / kata sandang : sang, si
  4. Partikel, berfungsi menegaskan/mementingkan kata yang dilekati, misalnya: -lah, -kah, pun.
  5. Kata transisi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan yang lain. Penulisannya selalu diikuti tanda koma. Termasuk kata frase transisi adalah: jadi, dengan

Demikian, karena itu, meskipun demikian  selanjutnya, akibatnya, sebagai kesimpulan,dsb.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Keraf, Gorys, 1981. Tata Bahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah

Ladyana, Sonezza dan Hardiani, Isriani. 2008 Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta : Widya Duta Grafika

M. Moeliono, Anton, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka

M. Moeliono, Anton, dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : balai Pustaka

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

Puji syukur penulispanjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan modul ini sebagai pegangan siswa.

Terdorong keinginan untuk membantu memudahkan belajar siswa maka penulis menyusun modul ini.

Ucapkan terima kasih disampaikan kepada:

  1. Bapak Drs. Satoni Adrianto, MPd selaku kepala SMPN 2 Sukagumiwang yang telah memberikan dorongan, arahan dan nasihat-nasihat
  2. Semua pihak telah membantu, mendorong maupun acuan sehingga penulis berhasil menyelesaikan diktat ini.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan karena itu kami menyadari kemungkinan ada kesalahan-kesalahan, materi maupun cetakan yang disengaja atau tidak disengaja.

Kelas Kata Dalam Morfologi

Posted: Oktober 24, 2011 in Artikelku

Bahasa Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Tata bahasa Indonesia banyak pendapat para mengenai jumlah dan jenis kelas kata. Kelas kata terdiri dari seperangkat kategori morfologis yang tersusun dalam kerangka sistem tertentu yang berbeda dan sistem kategori morfologis kelas kata lain. Kategori morfologis adalah sederetan kata yang memiliki bentuk gramatikal dan makna gramatikal yang sama. Setiap kategori morfologis itu terbentuk oleh prosede morfologis tertentu. Prosede morfologis adalah pembentukan kata secara sinkronis. Prosede morfologis itu ada dua macam yaitu derivasi dan intleksi. Derivasi adalah prosede morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Sebaliknya, infleksi menghasilkan kata-kata yang bentuk gramatikalnya berbeda-beda, tetapi leksemnya tetap seperti pada kata pangkalnya.

Kategori Morfologi Kelas Kata Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:

1. Kelas Nomina

Untuk menentukan suatu kata termasuk nomina, digunakan penanda valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi nomina itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu (1) mempunyai potensi berkombinasi dengan kata bukan, (2) mempunyai potensi didahului oleh kata di, ke, dari, pada.

Kelas nomina yang ditemukan dan data terdiri dan: (1) nomina murni, yakni nomina yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) nomina deverbal, yakni nomina yang terbentuk dari verba.

a. Nomina Murni

Nomina murni terdiri dari nomina dasar (monomorfemis) dan nomina turunan (polimorfemis). Nomina turunan yang terbentuk dari kata-kata nomina disebut nomina denominal.

Ø Nomina Dasar

Nomina murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada lima macam yaitu:

Contoh: anak,baju, kepala, orang, nasi rumah, pakaian, pasar, perut, piring, plastik, rejeki, salak, logam lengan, lantai, lekaki, kursi, kota, panggung, kilometer, kelas, kaos, jalan, huja, gerimis, gelas, gambar, buah, ujung, uang, tempat, televisi,teh, tangan, tamu, tali, sisi, sepatu, wong, bulan, mata,

Ø Nomina Denominal

Nominal denominal yang d.temukan pada data, terdin dari beberapa kategori morfologis. Semuanya terbentuk dengan denvasi, berpangkal pada nomina dasar, yakni:

Ø Kategori D-an.’

Kategori ini menyatakan makna ‘daerah/wilayah/komplek/kurnpulan sesuatu yang tersebut pada pangkal pembentukan’. Contoh: pakaian,

Ø Kategori D-an”

Kategori ini menyatakan makna ‘hasil’. Contoh: ikatan, sebutan

Ø Kategori se-D

Kategori ini menyatakan makna ‘satu”. Contoh: sebatangkara

Ø Kategori D-D1-an

Kategori ini menyatakan makna ‘seperti’. Contoh: orang-orangan

Ø Kategori per-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh: perhatian

Ø Kategori ke-D-an’

Kategori ini menyatakan makna “hal’ . Contoh:kesempatan

Ø Kategori pcng-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘proses’. Contoh: pengalaman

b. Nomina Transposisi

Dari data nomina transposisi tidak ditemukan dalam kartu kata

2. Kelas Verba

Untuk menentukan suatu kata termasuk verba, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori pembangun kerangka sisteni morfologi verba itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama, yaitu mempunya; potensi berkomhinasi dengan kata: tidak, sudah, sedang, akan, baru, telah, belum, mau, hendak,

Kelas verba yang ditemukan pada data terdiri dari (1) verba murni, yakni verba yang tidak berasal dari kelas kata lain, (2) verba denominal, yakni verba yang terbentuk dari nomina, (3) verba deadjektival, yakni verba yang terbentuk dan adjektiva, (4) verba denuineral, yakni verba yang terbentuk dari numeralia, dan (5) verba depronominal, yakni verba yang terbentuk dari pronomina.

a. Verba Murni

Verba murni terdiri dari verba dasar (monomorfemis) dan verba tur. (polimorfemis). Verba turunan yang terbentuk dan kata-kata verba disebut verba diverbal.

Ø Verba Dasar

Verba murni, berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada yaitu: ada, bangkit, pergi, puasa, pulang, balik, makan, mampir, datang, ucap, ubah, turun, tinggal, terima, singgah ,aman ,

Ø Verba Deverbal

Verba deverbal yang ditemukan pada data, terdiri dari beberapa kategori morfologis, yaitu:

1) Kategori di-D

Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan disengaja berfokus sasaran”. Contoh: diangkat, à verba 1

2) Kategori ter-D”

Kategori ini menyatakan makna “dapat di’.

Contoh: tersenyum à verb 1

3) Kategori meng-D

Kategori ini menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.

Contoh: menyeret, menempel, menukar, mengangguk,memakai, menuju, meniru, mengangkat, memakai à verba 1

4) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini menyatakan makna ‘lokatif.

Contoh: menyikapi, mempunyai à verba 2

5) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini menyatakan makna ‘benefaktif/direktif

Contoh: meneruskan, menyilakan, menyebabkan à verba 1

6) Kategori ber-D-an

Kategori ini menyatakan makna ‘malakukan perbuatan berlangsung lama, bisa sendiri atau dengan orang lain’.

Contoh: berpandangan à verba 2

7) Kategori ber-D

Kategoii ini menyatakan makna ‘tindakan bcrlangsung lama’.

Contoh: berakhir, berada, berteduh à verba 2,

Kategori meng-D

Kategori ini menyatakan makna ‘proses/keadaan’.

Contoh: melompatà verba 2

b. Verba Transposisi

Verba Denominal

Verba denominal yang ditemukan pada data meliputi enam kategori morfologis, yaitu.

1) Kategori meng-D

Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D melalui derivasi zero sehingga terbentuk verba kategori D yang menyatakan makna ‘tindakan yang disengaja berfokus pelaku’.

Contoh: menutup, meningkat à verba I

2) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini berasal dari nomina kategon D kemudian dMenvasikan verba kategori D-i yang maknanya ‘lokatif. Contoh. menangani à verba 2

3) Kategori di-(D-i)

Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudiun diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang mempunyai makna ‘kausatif.

Contoh: ditandatangani à verba 2

4) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: rnerupakan à verba 2

5). Kategori di-(D-kan)

Kategori berasal dari nomina kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: disebutkan, dimanfaatkan, disimpulkan, dilaksanakan, dilakukan à verba 2

6) Kategori ber-D

Kategori ini diderivasikan dari nomina kategori D dan menyatakan makna ‘tindakan berlangsung lama’.

Contoh: bertekad àverba 2

Ø Verba Deadjektival

Verba deadjektival yang ditemukan pada data, meliputi dim macam kategori morfologis, yaitu:

1) Kategori meng-(D-i)

Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: menjiwai, menghargai, menanggapi à verba 2

2) Kategori meng-(D-kan)

Kategori ini berasal dari adjektiva kategori D kemuadian diderivasikan menjadi verba kategori D-kan, yang menyatakan makna ‘kausatif.

Contoh: melaksanakan menyenangkan, melanjutkan à verba 2

Ø Verba Demimeral

Dari data hanya ditemukan salu kalegori morfologis verba denumeral, yaitu kategori meng-D, yang diderivasikan dari numeralia bentuk dasar yang menyatakan makna ‘proses/keadaan’.

Contoh: menyeluruh -» verba 2

Ø Verba Depronominal

Dari data hanya ditemukan satu kategori morfologis verba depronominal, yaitu kategori meng-(D-i), yang berasal dari pronomina bentuk dasar kemudian diderivasikan menjadi verba kategori D-i yang menyatakan makna ‘repetitif. Contoh: mengakui —>• verba 1

3. Kelas Adjektiva

Untuk menentukan suatu kata termasuk adjektiva, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adjektiva itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu mempunyai potensi berkombinasi dengan kata: sangat, agak, paling, amat, sekali,

Kelas adjektiva yang ditemukan pada data hanya satu kategori morfologis, yaitu berupa adjektiva bentuk dasar yang terdiri dari:

Contoh: apes, aman, akrab, takut, basah, banyak, baik, bodoh, cukup, kerdil, salam, suka, sudah, tersinggung, berwibawa, terlalu, spona, serius, sering, cantik, tenang,

4. Kelas Numeralia

Untuk menentukan suatu kata lermasuk numeralia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologis numeralia itu ditandai oleh valensi: sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan nomina.

Kelas numeralia yang ditemukan pada data hanya ada satu macam yaitu nrmeralia murni. Adapun yang dimaksud numeralia murni adalah numeralia yang tidak berasal dari kelas kata lain. Numeralia murni ini terdiri dari numeralia dasar

monomorfemis) dan numeralia tunman (polimortemis). Numeralia turunan yang terbentuk dari kata-kata numeralia disebut niimeralia denumeral.

a. Numeralia Dasar

Numeralia murni berbentuk dasar yang ditemukan pada data ada dua macam, yaitu:

Contoh: sebuah, sederet, dua, tujuh, sembilan, setiap, seorang,

b. Numeralia Denumeral

Numeralia denumeral tidak ditemuka pada data kartu kata,

5. Kelas Adverbia

Untuk menentukan suatu kata termasuk adverbia, digunakan valensi sintaktis karena perangkat kategori morfologis pembangun kerangka sistem morfologi adverbia itu ditandai oleh valensi sintaktis yang sama yaitu dapat bergabung dengan verba.

Kelas adverbia yang ditemukan pada data hanya ada satu kategori morfologis, yaitu berupa adverbia bentuk dasar yang terdiri dari:

Contoh: tak, telah, akan, baru, sudah, sedang, saja, juga,

6. Kelas Pronomina

Pronomina yang ditemukan pada data meliputi tiga macam, yaitu:

a. Pronomina persona:

Contoh aku, suya,, anda, mereka.

b. Pronomina penunjuk:

Contoh: itu, adalah

c. Pronomina penanya:

Contoh: bila, kapan.

7. KataTugas

Dari data yang ada ditemukan kata tugas yang meliputi:

1. Preposisi:

Contoh: pada, kepada, di, terhadap, olch karena.

Konjungsi:
Contoh: lalu, serta, yang, bahkan, sebelum, kulau, karena, tetapi, muku, ketika. kemudian, scakan-akan.

Fonologi Bahasa Indonesia

Posted: Oktober 23, 2011 in Artikelku

BAB I : PRODUKSI BUNYI-BUNYI BAHASA

PENGERTIAN, KAJIAN DAN PRODUKSI BUNYI BAHASA

A. Pengertian bunyi bahasa

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.

B. Kajian bunyi bahasa

Fonetik merupakan kajian mengenai bunyi bahasa. Berdasarkan proses terjadinya, fonetik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Fonetik artikulatoris

Fonetik artikulatoris adalah fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa serta pengklasifikasian bahasa berdasarkan artikulasinya.

b. Fonetik akustis

Fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa yang berupa getaran udara dan mengkaji tentang frekuensi getaran bunyi, amplitudo, intensitas dan timbrenya.

c. fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi sebagai hasil dari udara yang bergetar.

C. Produksi bunyi bahasa

Dalam proses pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu :

1. sumber tenaga ( udara yang dihembusjan oleh paru-paru )

2. alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru ( batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung )

3. artikulator ( penghambat )

Proses pembentukan bahasa melibatkan empat komponen, yaitu proses aliran udara, proses fonansi, proses artikulasi dan proses orsonal. Produksi bunyi melibatkan alat-alat ucap di sekitar mulut, hidung dan tenggorokan. Namun, pada dasrnya alt ucap terdiri atas paru-paru, kerongkongan, langit-langit,gusu dalam, gigi,bibir dan lidah.

KLASIFIKASI BUNYI BAHASA

A. Berdasarkan ada tidaknya artikulasi

a. Vokal, yaitu bunyi bahasa yang tidak mengalami hambatan pada saat pembentukannya.

b. Konsonan, yaitu bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat ucap.

c. Semi-vokal, yaitu bunyi yang sebenarnya tergolong konsonan tetapi pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.

B. Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.

a. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui rongga mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat keluar melalui rongga hidung.

b. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung, sehingga arus udara keluar melalui mulut.

C. Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di artikulasikan.

a. Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kuat arus.

b. Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak disertai ketegangan kuat arus.

D. Berdasarkan lamanya bunyi diucapkan atau diartikulasikan

a. Bunyi panjang

b. Bunyi pendek

E. Berdasarkan derajat kenyaringannya, bunyi dibedakan menjadi bunyi nysaring dan bunyi tak nyaring. Derajat kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonansi pada waktu bunyi diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran bicara waktu membentuk bunti, makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu pula sebaliknya.

F, Berdasarkan perwujudannya dalam suku kata

a. Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata (semua bunyi vokal atau monoftong dan konsonan).

b. Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu suku kata. Bunyi rangkap terdiri dari

– Diftong (vokal rangkap) : [ai], [au] dan [oi].

– Klaster (gugus konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].

G. Berdasarkan arus udara

a. Bunyi egresif, yaiyu bunyi yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru. Bunyi egresif dibedakan menjadi :

– Bunyi egresif pulmonik : dibentuk dengan mengecilkan ruang paru-paru,otot perut dan rongga dada.

– Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup.

b. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menghisap udara ke dalam paru-paru. Bunyi ingresif dibedakan menjadi :

– Ingresif glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik tetapi berbeda pada arus udara.

– Ingresif velarik : dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah ditempatkan pada langit-langit lunak.

PEMBENTUKAN VOKAL

A. Berdasarkan posisi bibir

a. Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, vokal [u], [o] dan [a].

b. Vokal tak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau melebar. Misalnya, [I], [e] dan [¶].

B. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah

a. Vokal tinggi, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah merapat ke rahang atas : [I] dan [u].

b. Vokal madya , yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas : [a] dan [¶].

c. Vokal rendah, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah dimundurkan lagi sejauh-jauhnya : [a].

C. Berdasarkan maju mundurnya lidah

a. Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian depan : [i] dan[e].

b. Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah begian tengah : [a] dan [¶].

c. Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian belakang : [u] dan [o].

D. Berdasarkan strikturnya

Striktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator (aktif) dengan artikulator pasif atau titik artikulasi. Dilihat dari strikturnya, vokal dibedakan menjadi :

a. Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. [i] dan [u].

b. Vokal semi tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat duapertiga di atas vokal paling rendah : [e] dan[o].

c. Vokal semi terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal paling rendah :[Î] dan [o].

d. Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi aerendah mingkin : [a] dan [A].

PEMBENTUKAN KONSONAN

A. Berdasarkan daerah artikulasinya (striktur)

a. Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi : [p], [b], [m] dan [w].

b. Konsonan labiodental, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator : [f] dan [v].

c. Konsonan apiko-dental, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan daerah antar gigi (dents) sebagai titik artikulasi : [t], [d] dan [n].

d. Konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai arikulator dan lengkung kaki gaga (alveolum) sebagai titik artikulasi : [s], [z[, [r] dan [l].

e. Konsonan paltal (lamino-palatal), yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah (lamina) sebagai artikulator dan langit-langit keras (plantum) sebagai titik artikulasi : [c], [j], [S], [n] dan [y].

f. Konsonan velar (dorso-velar), yaiti konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai artikulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasi : [k], [g], [x] dan [h].

g. Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dibentuk oleh posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glotis : [?]

h. Konsonan laringal, yaitu konsonan yang dibentuk dengan pita suara terbuka lebar sehingga udara keluar dan digesekan melalui glotis : [h].

B. Berdasarkan cara artikulasinya

a. Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi : [p], [t], [c],[k], [d], [j], dan [g].

b. Konsonan geser (frikatif), yaitu konsonan yang dibentukmdengan cara menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru : [h], [s], [S], [z] dan [x].

c. Konsonan likuida (lateral), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah : [l].

d. Konsonan getar (trill), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menjauhkan dan mendekatkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang : [r].

e. Semi vokal, yaitu konsonan yang pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan murni : [w] dan [y].

C. Berdasarkan posisi pita suara

a. Konsonan bersuara,yaitu konsonan yang terjadi jika ydara yang keluar dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara : [b], [m], [v], [d], [r], [n], [j], [h], [g] dan [r].

b. Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan pita suara : [p], [t], [c], [k], [?], [f], [S], [x] dan [h].

D. Berdasarkan jalan keluarnya udara

a. Konsonan nasal,yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga hidung : [m], [n] dan [h}.

Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut, contohnya adalah semua konsonan selain pada konsonan nasal.

BAB II : Pengaruh Bunyi Bahasa

PENGARUH DAN PEMENGARUH BUNYI BAHASA

A. Proses Asimilai

Proses asimilasi adalah pengaruh yang mempengaruhi bunyi tanpa mempengaruhi identitas fonem dan terbatas pada asimilasi fonetis saja. Berdasarkan arah pengaruh bunyinya, proses asimilasi dibedakan menjadi :

a. Asimilasi Progresif, yaitu proses asimilasi yang terjadi apabila arah pengaruhnya ke depan

b. Asimilasi Regresif, yaitu proses asimilasi yang terjadi apabila arah pengaruhnya ke belakang.

B. Artikulasi penyerta

Proses pengaruh bunyi yang disebabkan oleh artikulasi ini dibedakan menjadi :

a. Labialisasi, yaitu pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar binyi semi-vokal [w] pada bunyi utama tersebut. Misalnya, bunyi [t] pada katatujuan terdengar sebagai bunyi [tw].

b. Retrofleksi, yaitu penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [r] pada bunyi utama. Misalnya, [kr] dari bunyi [k] pada kata kardus.

c. Palatalisasi, yaitu pengangkatan daun lidah ke arah langhit-langit keras pada artikulasi primer. Misalny bunyi [p] pada kata piara terdengarsebagai [py].

d. Velarisasi, yaitu pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi primer. Misalnya, bunyi [m] pada kata mahluk terdengar sebagai [mx].

e. Glotalisasi, yaitu proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu artikulasi primer diucapkan. Vokal dalam bahasa Indonesia sering diglotalisasi. Misalnya, bunyi [o] pada kata obat terdengar sebagai [?o].

C. Pengaruh bunyi karena distribusi

Pengaruh bunyi karena distribusi menimbulkan proses-proses sebagai berikut :

a. Aspirasi, yaitu pengucapan suatu bunyi disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat sehingga terdengar bunyi [h]. Misalnya, konsonan letup bersuara [b,d,j,g] terdengar sebagai [bh,dh,jh,gh].

b. Pelepasan, yaitu pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat tetapi tidak dihambat dan dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Pelepasan dibedakan menjadi tiga, yaitu :

– lepas tajam atau lepas penuh, yaitu pelepasan alat-alat artikulasi dari titik artikulasinya yang terjadi secara tajam ataw secara penuh.

– Lepas nasal, yaitu suatu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi nasal didepannya.

– Lepas sampingan , yaitu pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi sampingan didepannya.

– Pemgafrikatan , yaitu suatu keadaan yang terjadi jika bunyi letup hambat yang seharusnya dihambat dan diletupkan tidak dilakukan, melainkan setelah hambatan dilepaskan secara bergeser dan pelan-pelan.

D. Kehomorganan

Kehomorganan yaitu konsonan yang mempiunyai sifat khusus. Terdapat dua jenis kehomorganan, yaitu :

a. Kehomorganan penuh

kehomorganan penuh adalah kehomorganan yang muncul akibat perbedaan bunyi.

b. Kehomorganan sebagian

adalah kehomorganan yang muncul apabila perbedaan diantara pasangan fonem tersebut pada cara artikulasinya, sedangkan daerah artikulasinya sama.

TRANSKRIPSI BUNYI BAHASA

Transkripsi adalah penulisan tuturan atau perubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlakudalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya. Transkripsi dibedakan menjadi.

a. Transkripsi fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi. Tanda […]

b. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi bahasa menurut fonem. Tanda /…/

c. Transkripsi fonemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem. Tanda {…}

d. Transkripsi ortografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf atau ejaan bahasa yangt menjadi tujuannya. Tanda <…>

Transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain tanpa menghiraukan lafal bunyi kata yang bersankutan. Misalnya, transliterasi dari aksara jawa dialihkan ke huruf abjad latin.

BUNYI SUPRASEGMENTAL

Ciri-ciri bumyi suprasegmental antara lain :

a. Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang diucapkan. Tanda […]

b. Tekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intensitas tenaga dalam pengucapan suku kata tersebut.

c. Jeda atau sendi, yaitu cirri berhentinya pengucapan bunyi. Sendi dibedakan menjadi:

– Sendi tambah (+), yaitu jeda yang berada di antara dua suku kata. Ukuran panjangnya kurang dari satu fonem.

– Sendi tunggal (/), yaitu jeda yang berada di antara dua kata dalam frasa dengan ukuran panjang satu fonem.

– Sendi rangkap (//), yaitu jeda yang berada d iantara dua fungsi unsure klausa atau kalimat, di antara subjek dan predikat.

– Sendi kepang rangkap (#), yaitu jeda yang berada sebelum dan sesudah tuturan sebagai tanda diawali dan diakhirinya tuturan.

d. Intonasi dan ritme

Intonasi adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam pelafalan kalimat

Ritme adalah cirri suprasegmental yang br\erhubungan dengan pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.

BAB III : FONEMIK : KAJIAN FONEM

PENGERTIAN DAN PENGENALAN FONEM

A. PENGERTIAN FONEM DAN FONEMISASI

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.

Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.

B. PENGENALAN FONEM

Dalam mengenalui fonem terdapat beberapa pokok pikiran umum yang disebut premis-premis fonologis. Berdasarka nsifat umumnya premis-premis bahasa tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bunyi bahasa mempunyai kencenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya.

b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.

c. Bunyi-bunyi bahasa yangsecara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama.

d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang komplementer, harus dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.

Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat fungsional(fonem ),biasanya ditentukan melalui kontras pasangan minimal. Pasangan minimal ini adalah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna pada sebuah bahasa atau kata tunggal yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda. Contohnya : dara dan tara à /d/ dan /t/

kalah dan galah à /k/ dan /g/

C. BEBAN FUNGSIONAL FONEM

Dalam kajian fonologi sering dipaparkan beban fungsional dari oposisi fonemis tertentu. Beban oposisi rendah terdapat pada bunyi /p/ dan /f/ pada katakapan dankafan, sedangkan beban oposisi tinggi terdapat pada bunyi /k/ dan /g/ pada kata gitadan kita.

REALISASI DAN VARIASI FONEM

A. REALISASI FONEM

Realisasi fonem adalah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yaitu fonem menjadi bunyi bahasa

1. realisasi vokal

berdasarkan pembentukannya, realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut :

a. Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan-tak bulat.

b. Fonem /u/ adalah vokal atas-belakang-bulat.

c. Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan-bulat.

d. Fonem /¶/ adalah vokal sedang-tangah-bulat.

e. Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang-bulat

f. Fonem /a/ adalah vokal rendah-tengah-bulat.

2. Realisasi konsonan

berdasarkan cara pembentukannya, realisasi fonem konsonan dibedakan sebagai berikut :

a. Konsonan hambat, dibedakan sebagai berikut :

– konsonan hambat-bilabial, yaitu fonem /p/ dan /b/

– konsonan hambat-dental, yaitu fonem /t/ dan /d/

– konsonan hambat-palatal, yaitu /c/ dan /j/

– konsonan hambat-velar, yaitu /k/ dan /g/

b. Konsonan Frikatif, dibedakan sebagai berikut :

– Konsonan frikatif-labio-dental, yaitu /f/ dan /v/

– Konsonan ferikatif-alveolar, yaitu /s/ dan /z/

– Konsonan frikatif-palatal tak bersuara, yaitu /š/

– Konsonan frikatif-velar tak bersuara, yaitu /x/ dan /kh/

– Konsonan frikatif-glotal tak bersuara, yaitu /h/

c. konsonan getar-alveolar, yaitu /r/

d. konsonan lateral-alveolar, yaitu /l/

e. konsonan nasal, dibedakan dalam daerah artikulasinya sebagai berikut :

– konsonan nasal-bilabial, yaitu /m/

– konsonan nasal-dental, yaitu /n/

– konsonan nasal-palatal, yaitu /ň/

– konsonan nasal-velar, yaitu /h/

f. semi-vokal , yaitu semivokal bilabial (/w/) dan semivokal palatal( /y/).

B. VARIASI FONEM

Variasi fonem ditentukan oleh lingkungan dalam distribusi yang komplementer disebut variasi alofonis. Variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata disebut alofon.

a. Alofon vokal

– Alofon fonem /i/, yaitu

[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi]à /bibi/

[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb]à /karib/

[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à [kiyos]à /kios/

[ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/

– Alofon fonem /ε/, yaitu

[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang

mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore]à /sore/

[ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]à/pesta/

[¶] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [p¶ta]à/peta/

[¶] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sent¶r]à/senter/

– Alofon fonem /o/, yaitu

[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]à/soto/

[É] jika terdapat pada posisi lain. [jeblÉs]à/jeblos/

– Alofon fonem /a/, yaitu

[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.

[aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/

– Alofon fonem /u/, yaitu

[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.

[aku]à/aku/, [buka]à/buka/

[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.

[ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/

[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a].

[buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/

b. Alofon konsonan

– fonem /p/

[p] bunyi lepas jika diikuti vokal.

[pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/

[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.

[atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/

[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.

[babi]à/babi/, [babu]à/babu/

[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.

[adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/

– Fonem /t/

[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.

[tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/

[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.

[lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/

[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/

[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup atau pada akhir kata.

[abat>]à/abad/,[murtat>]à/murtad/

– Fonem /k/

[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.

[kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/

[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.

[pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/

[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.

[tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/

– Fonem /g/

[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.

[gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/

[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.

[beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/

– Fonem /c/

[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/

– Fonem /j/

[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/

– Fonem /f/

[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.

[fakir]à/fakir/, [fitri]à/fitri/

– Fonem /p/

[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara

[piker]à/piker/, [hapal]à/hapal/

– Fonem /z/

[z] [zat]à/zat/, [izin]-à/izin/

– Fonem /š/

[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata

[šarat]à/syarat/, [araš]à/arasy/

– Fonem /x/

[x] berada di awal dan akhir suku kata.

[xas]à/khas/, [xusus]à/khusus/

– Fonem /h/

[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.

[hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/

[H] jika berada di tengah kata

[taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/

– Fonem /m/

[m] berada di awal dan akhir suku kata

[masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/

– Fonem /n/

[n] berada di awal dan akhir suku kata.

[nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/

– Fonem /ň/

[ň] berada di awal suku kata

[baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/

– Fonem /Ƞ/

[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.

[Ƞarai]à/ngarai/, [paȠkal]à/pangkal/

– Fonem /r/

[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar uvular [R].

[raja] atau [Raja]à/raja/, [karya] atau [kaRya]à/karya/

– Fonem /l/

[l] berada di awal dan akhir suku kata.

[lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/

– Fonem /w/

[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada

akhir suku kata.

[waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/

– Fonem /y/

[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada

akhir suku kata.

[santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/

GEJALA FONOLOGIS

A. NETRALISASI DAN ARKIFONEM

Netralisasi adalah alternasi fonem akibat pengaruh lingkungan atau pembatalan perbedaan minimal fonem pada posisi tertentu. Alternasi fonem adalah perubahan fonem menjadi fonem lain tanpa membedakan makna. Adanya bunyi /t/ pada akhir lafal kata [babat] untuk /babad/ adalah hasil netralisasi.

Arkifonem adalah golongan fonem yang kehilangan kontraspada posisi tertentu dan biasa dilambangkan dengan huruf besar seperti/D/ yang memiliki alternasi atau varian fonem /t/ dan fonem /d/ pada kata [babat] untuk /babad/ .

B. PELEPASAN FONEM DAN KONTRAKSI

Pelepasan bunyi adalah hilangnaya bunyi atau fonem pada awal, tangah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Pelepasan dapat pula berupa kontraksi atau pemendekan kata. Contoh : /tetapi/ menjadi /tapi/.

Pelepasan dibagi menjadi tiga, yaitu

a. Aferesis, yaitu pelepasan fonem pada awal kata.

/tetapi/ menjadi /tapi/, /baharu/ menjadi /baru/

b. Sinkope, yaitu pelepasan fonem pada tengah kata.

/silahkan/ menjadi /silakan/, /dahulu/ menjadi /dulu/

c. Apokope, yaitu pelepasan fonem pada akhir kata.

/president/ menjadi /president/, /standard/ menjadi /standar/

Jenis pelepasan bunyi yang lain adalah haplologi ,yaitu pemendekan pada sebuah kata karena penghilangan suatu bunyi atau suku kata pada pengucapannya. Misalnya : tidak ada menjadi tiada, bagaimana menjadi gimana.

C. DISIMILASI

Disimilasi adalah perubahan bentuk kata karena salah satu dari dua buah fonem yang sama diganti dengan fonem yang lain. Contoh disimilasi :

a. Disimilasi sinkronis

Contohnya : ber + ajarà belajar. Fonem /r/ pada awalan ber- diubah menjadi /l/.

b. Disimilasi diakronis

Contohnya : kata cipta berasal dari bahasa Sansekerta yaitu citta. Jadi terdapat perubahan dari fonem /tt/ menjadi /pt/.

D. METATESIS

Dalam proses metatesis yang diubah adalah urutan fonem-fonem tertentu yang biasanya terdapat bersama dengan bentuk asli, sehingga ada variasi bebas. Misalnya, jalur menjadi lajur, almari menjadi lemari.

E. PENAMBAHAN FONEM

Berdasarkan letaknya, penambahan fonem dibedakan menjadi :

a. Protesis, yaitu penambahan fonem di awal kata.

/mas/ menjadi /emas, /tik/ menjadi /ketik/.

b. Epentesis, yaitu penambahan fonem di tengah kata.

/upat/ menjadi /umpat/, /kapak/ menjadi /kampak/.

c. Paragoge, yaitu penambahan fonem di akhir kata.

/ina/ menjadi /inang/, /lamp/ menjadi /lampu/.

BAB IV : FONOTAKTIK BAHASA INDONESIA

FONOTAKTIK DAN DISTRIBUSI FONEM

A. Fonotaktik

Fonotaktik adalah bidang fonologi atau fonemik yang mengatur tentang penjejeran fonem dalam kata. Contohnya, kata pertandingan memiliki 12 fonem. Jejeran fonem dari kata tersebut adalah /p,e,r,t,a,n,d,i,n,g,a,n/.

B. Distribusi Fonem

Distribusi fonem adalah bagian yang membahas posisi fonem apakah fonem tersebut terletak pada bagian awal,tengah atau akhir dalam sebuah kata.

1. Distribusi Vokal

Distribusi vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

Tabel Posisi Vokal Dalam Fonem

Posisi

Fonem

Awal

Tengah

Akhir

/i/

/e/

/∂/

/a

/u/

/o/

/ikan/ ikan

/ekor/ ekor

/∂mas/ emas

/anak/ anak

/ukir/ ukir

/obat/ obat/pintu/ pintu

/nenek/ nenek

/ruw∂t/ ruwet

/darma/ darma

/masuk/ masuk

/balon/ balon/api/ api

/sore/ sore

/tipe∂/ tipe

/kota/ kota

/bau/ bau

/baso/ baso

2. Distribusi Konsonan

Distribusi konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

Tabel Posisi Konsonan Dalam Fonem

Posisi

Fonem

Awal

Tengah

Akhir

/p/

/b/

/t/

/d/

/c/

/j/

/k/

/g/

/f/

/v/

/s/

/z/

/š/

/h/

/m/

/n/

/ň/

/ƞ/

/r/

/l/

/w/

/y/

/pasang/

/bahasa/

/tali/

/dua/

/cakap/

/jalan/

/kami/

/galag/

/fakir/

/varia/

/suku/

/zeni/

/syarat/

/hari/

/maka/

/nama/

/nyata/

/ngilu/

/raih/

/lekas/

/wanita/

/yakin/

/apa/

/sebut/

/mata/

/ada/

/beca/

/manja/

/paksa/

/tiga/

/kafan/

/lava/

/asli/

/lazim/

/isyarat/

/lihat

/kami/

/anak/

/hanya/

/angin/

/juara/

/alas/

/hawa/

/payung/

/siap/

/adab/

/rapat/

/abad/

/mi’raj/

/politik/

/jajag/

/maaf/

/lemas/

/arasy/

/tanah/

/diam/

/daun/

/pening/

/putar/

/kesal/

DERETAN FONEM ,DIFTONG DAN GUGUS

A. Deretan Fonem

1. Deretan vokal

Deretan vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

Indeks vertikal menunjukan komponen pertama dan indeks horisontal menunjukkan komponen kedua.

Tabel Deretan Vokal Dalam Bahasa Indonesia

Vokal

/i/

/e/

/¶/

/o/

/a/

/u/

/i/

ia

iu

/e/

eo

/¶/

¶¶

/a/

ai

ao

aa

au

/o/

oa

/u/

ui

ue

ua

2. Deretan konsonan

Deretan konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel di bawah ini.

Indeks vertikal menunjukan komponen pertama dan indeks horisontal menunjukkan komponen kedua.

Tabel Deretan Konsonan Dalam Bahasa Indonesia

Fonem

p

t

c

k

b

d

j

g

s

h

w

y

m

n

ň

ƞ

l

r

p

Pt

ps

py

pl

pr

t

Tp

tt

tb

tw

ty

tm

tr

c

k

kt

Kc

kb

kd

ks

kw

km

b

bt

bd

bs

by

bl

br

d

dh

dy

dm

dl

dr

j

ji

jr

g

gy

s

sp

st

sc

h

ht

hk

hs

hw

hy

hm

hl

hr

w

y

m

mp

mt

mc

mb

mj

ms

mh

ml

mr

n

np

nt

nc

nk

nd

nj

ň

ƞ

ƞk

ƞg

ƞs

ƞl

ƞr

l

lp

lt

lk

lb

ld

lj

ls

lh

lw

lm

r

rp

rt

rc

rk

rb

rd

rs

rh

rw

ry

rm

rn

rl

3. Diftong

Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya. Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada car hembusan nafasnya. Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut

1. Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :

[harimaw] /harimau/

[kerbaw] /kerbau/

2. Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :

[santay] /santai/

[sungay] /sungai/

3.Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :

[amboy] /amboi/

[asoy] /asoi/

4. Gugus atau klaster

Gugus adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata.

Gugus konsonan pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan /d/.

Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.

Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.

Gugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral /l/, misalnya :

– /pl/ [pleno] /pleno/

– /bl/ [blaƞko] /blangko/

– dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.

Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/,/p/ dan /k/ dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/. Contohnya :

– /spr/ [sprey] /sprei

– /skr/ [skripsi] /skripsi/

– /skl/ [sklerosis] /sklerosis/

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

FONOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB I : PRODUKSI BUNYI-BUNYI BAHASA

PENGERTIAN, KAJIAN DAN PRODUKSI BUNYI BAHASA

A. Pengertian bunyi bahasa

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.

B. Kajian bunyi bahasa

Fonetik merupakan kajian mengenai bunyi bahasa. Berdasarkan proses terjadinya, fonetik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Fonetik artikulatoris

b. Fonetik akustis

c. Fonetik auditoris

C. Produksi bunyi bahasa

Dalam proses pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu :

1. sumber tenaga ( udara yang dihembusjan oleh paru-paru )

2. alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru ( batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung )

3. artikulator ( penghambat )

Proses pembentukan bahasa melibatkan empat komponen, yaitu proses aliran udara, proses fonansi, proses artikulasi dan proses orsonal. Produksi bunyi melibatkan alat-alat ucap di sekitar mulut, hidung dan tenggorokan. Namun, pada dasrnya alt ucap terdiri atas paru-paru, kerongkongan, langit-langit,gusu dalam, gigi,bibir dan lidah.

KLASIFIKASI BUNYI BAHASA

A. Berdasarkan ada tidaknya artikulasi

a. Vokal

b. Konsonan

c. Semi-vokal

B. Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.

a. Bunyi nasal

b. Bunyi oral

C. Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di artikulasikan.

a. Bunyi keras (fortis)

b. Bunyi lunak (lenis)

D. Berdasarkan lamanya bunyi diucapkan atau diartikulasikan

a. Bunyi panjang

b. Bunyi pendek

E. Berdasarkan derajat kenyaringannya, bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring.

F. Berdasarkan perwujudannya dalam suku kata

a. Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata (semua bunyi vokal atau monoftong dan konsonan).

c. Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu suku kata. Bunyi rangkap terdiri dari

– Diftong (vokal rangkap) : [ai], [au] dan [oi].

– Klaster (gugus konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].

G. Berdasarkan arus udara

– Bunyi egresif, yaiyu bunyi yang dibentuk dengan cara mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru.

– Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dibentuk dengan cara menghisap udara ke dalam paru-paru.

PEMBENTUKAN VOKAL

A. Berdasarkan posisi bibir

a. Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, vokal [u], [o] dan [a].

b. Vokal tak bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau melebar. Misalnya, [I], [e] dan [¶].

B. Berdasarkan tinggi rendahnya lidah

a. Vokal tinggi, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah merapat ke rahang atas : [I] dan [u].

b. Vokal madya , yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas : [a] dan [¶].

c. Vokal rendah, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah dimundurkan lagi sejauh-jauhnya : [a].

C. Berdasarkan maju mundurnya lidah

a. Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian depan : [i] dan[e].

b. Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah begian tengah : [a] dan [¶].

c. Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian belakang : [u] dan [o].

D. Berdasarkan strikturnya

Striktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator (aktif) dengan artikulator pasif atau titik artikulasi. Dilihat dari strikturnya, vokal dibedakan menjadi :

a. Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. [i] dan [u].

b. Vokal semi tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat duapertiga di atas vokal paling rendah : [e] dan[o].

c. Vokal semi terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal paling rendah :[Î] dan [o].

d. Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi aerendah mingkin : [a] dan [A].

PEMBENTUKAN KONSONAN

A. Berdasarkan daerah artikulasinya (striktur)

a. Konsonan bilabial : [p], [b], [m] dan [w].

b. Konsonan labiodental : [f] dan [v].

c. Konsonan apiko-dental : [t], [d] dan [n].

d. Konsonan apiko-alveolar : [s], [z[, [r] dan [l].

e. Konsonan paltal (lamino-palatal) : [c], [j], [S], [n] dan [y].

f. Konsonan velar (dorso-velar) : [k], [g], [x] dan [h].

g. Konsonan glotal atau hamzah : [?]

h. Konsonan laringal: [h].

B. Berdasarkan cara artikulasinya

a. Konsonan hambat (stop): [p], [t], [c],[k], [d], [j], dan [g].

b. Konsonan geser (frikatif) : [h], [s], [S], [z] dan [x].

c. Konsonan likuida (lateral) : [l].

d. Konsonan getar (trill) : [r].

e. Semi vokal : [w] dan [y].

C. Berdasarkan posisi pita suara

a. Konsonan bersuara : [b], [m], [v], [d], [r], [n], [j], [h], [g] dan [r].

b. Konsonan tak bersuara : [p], [t], [c], [k], [?], [f], [S], [x] dan [h].

D. Berdasarkan jalan keluarnya udara

a. Konsonan nasal : [m], [n] dan [h}.

Konsonan oral, contohnya adalah semua konsonan selain pada konsonan nasal.

BAB II : Pengaruh Bunyi Bahasa

PENGARUH DAN PEMENGARUH BUNYI BAHASA

A. Proses Asimilai

Proses asimilasi adalah pengaruh yang mempengaruhi bunyi tanpa mempengaruhi identitas fonem dan terbatas pada asimilasi fonetis saja. Berdasarkan arah pengaruh bunyinya, proses asimilasi dibedakan menjadi :

a. Asimilasi Progresif

b. Asimilasi Regresif

B. Artikulasi penyerta

Proses pengaruh bunyi yang disebabkan oleh artikulasi ini dibedakan menjadi :

a. Labialisasi, yaitu pembulatan bibir pada artikulasi primer sehingga terdengar binyi semi-vokal [w] pada bunyi utama tersebut. Misalnya, bunyi [t] pada katatujuan terdengar sebagai bunyi [tw].

b. Retrofleksi, yaitu penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [r] pada bunyi utama. Misalnya, [kr] dari bunyi [k] pada kata kardus.

c. Palatalisasi, yaitu pengangkatan daun lidah ke arah langhit-langit keras pada artikulasi primer. Misalny bunyi [p] pada kata piara terdengarsebagai [py].

d. Velarisasi, yaitu pengangkatan pangkal lidah ke arah langit-langit lunak pada artikulasi primer. Misalnya, bunyi [m] pada kata mahluk terdengar sebagai [mx].

e. Glotalisasi, yaitu proses penyerta hambatan pada glottis atau glottis tertutup rapat sewaktu artikulasi primer diucapkan. Vokal dalam bahasa Indonesia sering diglotalisasi. Misalnya, bunyi [o] pada kata obat terdengar sebagai [?o].

C. Pengaruh bunyi karena distribusi

Pengaruh bunyi karena distribusi menimbulkan proses-proses sebagai berikut :

a. Aspirasi, yaitu pengucapan suatu bunyi disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat sehingga terdengar bunyi [h]. Misalnya, konsonan letup bersuara [b,d,j,g] terdengar sebagai [bh,dh,jh,gh].

d. Pelepasan, yaitu pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat tetapi tidak dihambat dan dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Pelepasan dibedakan menjadi tiga, yaitu :

– Lepas tajam atau lepas penuh

– Lepas nasal

– Lepas sampingan

– Pemgafrikatan.

D. Kehomorganan

Kehomorganan yaitu konsonan yang mempiunyai sifat khusus. Terdapat dua jenis kehomorganan, yaitu :

a. Kehomorganan penuh

b. Kehomorganan sebagian

TRANSKRIPSI BUNYI BAHASA

Transkripsi adalah penulisan tuturan atau perubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan lafal bunyi, fonem, morfem atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlakudalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya. Transkripsi dibedakan menjadi.

a. Transkripsi fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi. Tanda […]

b. Transkripsi fonemis, yaitu transkripsi bahasa menurut fonem. Tanda /…/

c. Transkripsi fonemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem. Tanda {…}

d. Transkripsi ortografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf atau ejaan bahasa yangt menjadi tujuannya. Tanda <…>

Transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain tanpa menghiraukan lafal bunyi kata yang bersankutan. Misalnya, transliterasi dari aksara jawa dialihkan ke huruf abjad latin.

BUNYI SUPRASEGMENTAL

Ciri-ciri bumyi suprasegmental antara lain :

a. Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang diucapkan. Tanda […]

b. Tekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intensitas tenaga dalam pengucapan suku kata tersebut.

c. Jeda atau sendi, yaitu ciri berhentinya pengucapan bunyi. Sendi dibedakan menjadi:

a. Sendi tambah

b. Sendi tunggal (/)

c. Sendi rangkap (//)

d. Sendi kepang rangkap (#)

d. Intonasi dan ritme

Intonasi adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik turunnya nada dalam pelafalan kalimat

Ritme adalah cirri suprasegmental yang br\erhubungan dengan pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.

BAB III : FONEMIK : KAJIAN FONEM

PENGERTIAN DAN PENGENALAN FONEM

A. PENGERTIAN FONEM DAN FONEMISASI

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna.

Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.

B. PENGENALAN FONEM

Dalam mengenalui fonem terdapat beberapa pokok pikiran umum yang disebut premis-premis fonologis. Berdasarka nsifat umumnya premis-premis bahasa tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bunyi bahasa mempunyai kencenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya.

b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.

c. Bunyi-bunyi bahasa yangsecara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama.

d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang komplementer, harus dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.

C. BEBAN FUNGSIONAL FONEM

Dalam kajian fonologi sering dipaparkan beban fungsional dari oposisi fonemis tertentu. Beban oposisi rendah terdapat pada bunyi /p/ dan /f/ pada katakapan dankafan, sedangkan beban oposisi tinggi terdapat pada bunyi /k/ dan /g/ pada kata gitadan kita.

REALISASI DAN VARIASI FONEM

A. REALISASI FONEM

Realisasi fonem adalah pengungkapan sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yaitu fonem menjadi bunyi bahasa

1. Realisasi vokal

Berdasarkan pembentukannya, realisasi fonem vokal dibedakan sebagai berikut :

a. Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan-tak bulat.

b. Fonem /u/ adalah vokal atas-belakang-bulat.

c. Fonem /e/ adalah vokal sedang-depan-bulat.

d. Fonem /¶/ adalah vokal sedang-tangah-bulat.

e. Fonem /o/ adalah vokal sedang-belakang-bulat

f. Fonem /a/ adalah vokal rendah-tengah-bulat.

2. Realisasi konsonan

Berdasarkan cara pembentukannya, realisasi fonem konsonan dibedakan sebagai berikut :

a. Konsonan hambat

b. Konsonan Frikatif

c. konsonan getar-alveolar

d. konsonan lateral-alveolar

e. konsonan nasal

f. semi-vokal .

B. VARIASI FONEM

Variasi fonem ditentukan oleh lingkungan dalam distribusi yang komplementer disebut variasi alofonis. Variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata disebut alofon.

a. Alofon vokal

– Alofon fonem /i/, yaitu

[i] jika terdapat pada suku kata terbuka. Misalnya, [bibi]à /bibi/

[I] jika terdapat pada suku kata tertutup. Misalnya, [karIb]à /karib/

[Iy] palatalisasi jika diikuti oleh vokal [aou].à [kiyos]à /kios/

[ϊ] nasalisasi jika diikuti oleh nasal. [ϊndah]à /indah/

– Alofon fonem /ε/, yaitu

[e] jika terdapat pada suku kata terbuka dan tidak diikuti oleh suku kata yang

mengandung alofon [ε]. Misalnya, [sore]à /sore/

[ε] jika terdapat pada tempat-tempat lain. Misalnya, [pεsta]à/pesta/

[¶] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka. [p¶ta]à/peta/

[¶] jika terdapat pada posisi suku kata tertutup. [sent¶r]à/senter/

– Alofon fonem /o/, yaitu

[o] jika terdapat pada suku kata akhir terbuka. [soto]à/soto/

[É] jika terdapat pada posisi lain. [jeblÉs]à/jeblos/

– Alofon fonem /a/, yaitu

[a] jika terdapat pada semua posisi suku kata.

[aku]à/aku, [sabtu]à/sabtu/

– Alofon fonem /u/, yaitu

[u] jika terdapat pada posisi suku kata terbuka.

[aku]à/aku/, [buka]à/buka/

[U] jika terdapat pada suku kata tertutup.

[ampUn]à/ampun/, [kumpul]à/kumpul/

[uw] labialisasi jika diikuti oleh[I,e,a].

[buwih]à/buih/, [kuwe]à/kue/

b. Alofon konsonan

– fonem /p/

[p] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[pipi]à/pipi/, [sapi]à/sapi/

[p>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.

[atap>]à/atap/, [balap>]à/balap/

[b] bunyi lepas jika diikuti oleh vocal.

[babi]à/babi/, [babu]à/babu/

[p>] bunyi taklepas jika terdapat pada suku kata tertutup, namun berubah lagi menjadi [b] jika diikuti lagi vokal.

[adap>]à/adab/, [jawap>]à/jawab/

– Fonem /t/

[t] bunyi lepas jika diikutu oleh vokal.

[tanam]à/tanam/, [tusuk]à/tusuk/

[t>] bunyi tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup.

[lompat>]à/lompat/,[sakit>]à/sakit/

[d] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[duta]à/duta/, [dadu]à/dadu/

[t>] bunyi hambat-dental-tak bersuara dan tak lepas jika terdapat pada suku kata tertutup atau pada akhir kata.

[abat>]à/abad/,[murtat>]à/murtad/

– Fonem /k/

[k] bunyi lepas jika terdapat pada awal suku kata.

[kala]à/kala/, [kelam]à/kelam/

[k>] bunyi tak lepas jika tedapat pada tengah kata dan diikuti konsonan lain.

[pak>sa]à/paksa/, [sik>sa]à/siksa/

[?] bunyi hambat glottal jika terdapat pada akhir kata.

[tida?]à/tidak/, [ana?]à/anak/

– Fonem /g/

[g] bunyi lepas jika diikuti glottal.

[gagah]à/gagah/, [gula]à/gula/

[k>] bunyi hambat-velar-tak bersuara dan lepas jika terdapat di akhir kata.

[beduk>]à/bedug/,[gudek>]à/gudeg/

– Fonem /c/

[c] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[cari]à/cari/, [cacing]à/cacing/

– Fonem /j/

[j] bunyi lepas jika diikuti vocal.

[juga]à/juga/, [jadi]à/jadi/

– Fonem /f/

[j] jika terdapat pada posisi sebelum dan sesudah vocal.

[fakir]à/fakir/, [fitri]à/fitri/

– Fonem /p/

[p] bunyi konsonan hambat-bilabial-tak bersuara

[piker]à/piker/, [hapal]à/hapal/

– Fonem /z/

[z] [zat]à/zat/, [izin]-à/izin/

– Fonem /š/

[š] umumnya terdapat di awal dan akhir kata

[šarat]à/syarat/, [araš]à/arasy/

– Fonem /x/

[x] berada di awal dan akhir suku kata.

[xas]à/khas/, [xusus]à/khusus/

– Fonem /h/

[h] bunyi tak bersuara jika terdapat di awal dan akhir suku kata.

[hasil]à/hasil, [hujan]à/hujan/

[H] jika berada di tengah kata

[taHu]à/tahu/, [laHan]à/lahan/

– Fonem /m/

[m] berada di awal dan akhir suku kata

[masuk]à/masuk/, [makan]à/makan/

– Fonem /n/

[n] berada di awal dan akhir suku kata.

[nakal]à/nakal/, [nasib]à/nasib/

– Fonem /ň/

[ň] berada di awal suku kata

[baňak]à/banyak/, [buňi]à/bunyi/

– Fonem /Ƞ/

[Ƞ] berada di awal dan akhir suku kata.

[Ƞarai]à/ngarai/, [paȠkal]à/pangkal/

– Fonem /r/

[r] berada di awal dan akhir suku kata, kadang-kadang bervariasi dengan bunyi getar uvular [R].

[raja] atau [Raja]à/raja/, [karya] atau [kaRya]à/karya/

– Fonem /l/

[l] berada di awal dan akhir suku kata.

[lama]à/lama/, [palsu]à/palsu/

– Fonem /w/

[w] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada

akhir suku kata.

[waktu]à/waktu/, [wujud]à/wujud/

– Fonem /y/

[y] merupakan konsonan jika terdapat di awal suku kata dan semi vocal pada

akhir suku kata.

[santay]à/santai/, [ramai]à/ramai/

GEJALA FONOLOGIS

A. NETRALISASI DAN ARKIFONEM

Netralisasi adalah alternasi fonem akibat pengaruh lingkungan atau pembatalan perbedaan minimal fonem pada posisi tertentu. Alternasi fonem adalah perubahan fonem menjadi fonem lain tanpa membedakan makna. Adanya bunyi /t/ pada akhir lafal kata [babat] untuk /babad/ adalah hasil netralisasi.

Arkifonem adalah golongan fonem yang kehilangan kontraspada posisi tertentu dan biasa dilambangkan dengan huruf besar seperti/D/ yang memiliki alternasi atau varian fonem /t/ dan fonem /d/ pada kata [babat] untuk /babad/ .

B. PELEPASAN FONEM DAN KONTRAKSI

Pelepasan bunyi adalah hilangnaya bunyi atau fonem pada awal, tangah dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Contoh : /tetapi/ menjadi /tapi/.

Pelepasan dibagi menjadi tiga, yaitu

a. Aferesis, yaitu pelepasan fonem pada awal kata.

/tetapi/ menjadi /tapi/, /baharu/ menjadi /baru/

b. Sinkope, yaitu pelepasan fonem pada tengah kata.

/silahkan/ menjadi /silakan/, /dahulu/ menjadi /dulu/

c. Apokope, yaitu pelepasan fonem pada akhir kata.

/president/ menjadi /president/, /standard/ menjadi /standar/

Jenis pelepasan bunyi yang lain adalah haplologi ,yaitu pemendekan pada sebuah kata karena penghilangan suatu bunyi atau suku kata pada pengucapannya. Misalnya : tidak ada menjadi tiada, bagaimana menjadi gimana.

C. DISIMILASI

Disimilasi adalah perubahan bentuk kata karena salah satu dari dua buah fonem yang sama diganti dengan fonem yang lain. Contoh disimilasi :

a. Disimilasi sinkronis

Contohnya : ber + ajarà belajar. Fonem /r/ pada awalan ber- diubah menjadi /l/.

b. Disimilasi diakronis

Contohnya : kata cipta berasal dari bahasa Sansekerta yaitu citta. Jadi terdapat perubahan dari fonem /tt/ menjadi /pt/.

D. METATESIS

Dalam proses metatesis yang diubah adalah urutan fonem-fonem tertentu yang biasanya terdapat bersama dengan bentuk asli, sehingga ada variasi bebas. Misalnya, jalur menjadi lajur, almari menjadi lemari.

E. PENAMBAHAN FONEM

Berdasarkan letaknya, penambahan fonem dibedakan menjadi :

a. Protesis, yaitu penambahan fonem di awal kata.

b. Epentesis, yaitu penambahan fonem di tengah kata.

c. Paragoge, yaitu penambahan fonem di akhir kata.

BAB IV : FONOTAKTIK BAHASA INDONESIA

FONOTAKTIK DAN DISTRIBUSI FONEM

A. Fonotaktik

Fonotaktik adalah bidang fonologi atau fonemik yang mengatur tentang penjejeran fonem dalam kata. Contohnya, kata pertandingan memiliki 12 fonem. Jejeran fonem dari kata tersebut adalah /p,e,r,t,a,n,d,i,n,g,a,n/.

B. Distribusi Fonem

Distribusi fonem adalah bagian yang membahas posisi fonem apakah fonem tersebut terletak pada bagian awal,tengah atau akhir dalam sebuah kata.

1. Distribusi Vokal

Distribusi vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.

2. Distribusi Konsonan

Distribusi konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.

DERETAN FONEM ,DIFTONG DAN GUGUS

A. Deretan Fonem

1. Deretan vokal

Deretan vokal lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.

2. Deretan konsonan

Deretan konsonan lebih lanjut dijelaskan melalui tabel pada bab sebelumnya.

B. SARAN

Filed under: bahasa,Linguistik
Tags: